Harga Emas Akan Naik US$ 1.750 Dalam Dua Bulan

TEMPO Interaktif, New York - Ancaman tingginya inflasi dan terdepresiasinya dolar Amerika Serikat (AS) membuat harga emas semakin berkilau. Para pemodal cenderung mengalihkan investasinya ke dalam komoditas logam mulia karena dianggap lebih aman terhadap inflasi dan turunnya nilai tukar mata uang. Hal ini membuat harga emas kembali mencatat rekor tertinggi baru.

Harga emas untuk kontrak bulan Juni naik US$ 25,2 (1,7 persen) ke level 1.556,4 per troy ounce di bursa komoditas New York pada perdagangan Jumat, 29 April 2011. Kenaikan harga emas ini merupakan kenaikan terbesarnya dalam satu harian sejak 4 November 2010 lalu.

“Para pemodal akan terus mendiversifikasikan investasinya ke komoditas emas yang persediannya terbatas serta nilainya tidak tergerus oleh inflasi,” ujar Richard Hastings, analis makro dari Global Hunter Securities. Hunter memprediksikan harga emas bisa mencapai US$ 1.750 per ounce dalam dua bulan ke depan.

Pekan ini harga emas telah menguat 3,5 persen dan sepanjang bulan April juga telah melonjak 8,1 persen. Sementara, indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya akhir pekan kemarin ditutup di level 73,05 atau melemah tipis 0,06 poin (0,08 persen). Indeks dolar bahkan sempat menyentuh level terendahnya di 72,83 dalam setahun terakhir.

Harga perak pada hari Jumat lalu juga ditutup naik US$ 1,06 (2,2 persen) ke level 48,6 per troy ounce, mendekati level tertingginya di tahun 1980. Bahkan harga perak sempat mencapai US$ 49,21 per troy ounce. Harga komoditas sepanjang pekan ini telah naik 5,5 persen dan sepanjang pekan ini juga telah menguat 28 persen.

Harga komoditas perak pada Januari 1980 sempat menyentuh level tertingginya US$ 50,35, sebelum ditutup di posisi US$ 48,7 per troy ounce.

“Perak hampir menembus rekor tertingginya menunjukkan relinya harga komoditas logam,” kata Richard Ross, ahli strategi dari Auerbach Grayson. “Emas, tembaga juga menawarkan keuntungan yang menggiurkan,” ujarnya. Ketakutan pasar terhadap tingginya inflasi menyusul keputusan The Fed (bank sentral AS) terus mempertahankan suku bunga di level terendahnya membuat harga emas terkerek ke level tertinggi baru.

Analis dari ICICI, Hasting, dalam laporannnya mengemukakan ada pendapat dari analis yang mengatakan bahwa harga emas telah berada di puncaknya dan sangat spekulatif sehingga sangat rawan dan siap jatuh. "Itu tidak benar sebab besarnya jumlah uang yang tersedia di bank-bank besar global yang ingin mendiversifikasikan utangnya ke bursa komoditas, saham, serta valuta asing masih mendukung kenaikan harga emas,” ujarnya.

Data ekonomi AS di triwulan pertama tahun ini yang cenderung melambat dibandinkan triwulan sebelumnya kembali menjadi daya tarik para pemodal kembali membeli emas batangan.

Harga komoditas logam lainnya seperti paladium juga naik US$ 16,85 (2,17 persen) menjadi US$ 792,15 per ounce dan harga platina juga naik US$ 25,6 menjadi US$ 1.865,5 per ounce.

Tidak ada komentar: