Apa Kata Dunia??

11 ALASAN mengapa kita harus ber-investasi atau mengkonversikan uang kertas menjadi Emas.

1. Keamanan (Security)

Uang di Bank akan hilang secara perlahan oleh karena biaya administrasi, biaya-biaya lainnya, pajak bunga 20%, tingkat suku bunga rendah dan terbatas, jaminan dari pemerintah (LPS) yang terbatas hanya Rp. 100 juta/nomor rekening. Pada Lembaga Investasi lainnya dikenakan biaya broker, administrasi, pajak dan sebagainya.

2. Perlindungan (Protection)

Inflasi, deflasi adalah perampok yang tidak kelihatan, masalah klasik yang sudah berabad-abad namun secara perlahan tapi pasti akan mengerosi aset anda. Semakin tinggi laju inflasi Berpengaruh pada semakin tingginya harga emas. Seluruh dunia mengalami inflasi rata-rata 2-3% pertahun, di USA 3 – 4%/th di Indonesia 5 – 6%/th. Menurut data statistik bila inflasi 10% maka harga Emas naik 13%, bila inflasi 20% maka harga Emas naik 30%, bila inflasi 100% maka harga Emas naik 300%. Jika di Indonesia rata-rata inflasi 6%/th maka dapat dipastikan harga Emas 5 tahun mendatang setidaknya naik 50% dari harga saat ini, bandingkan dengan deposito yang hanya 30%/ 5th dikurangi pajak.
Anda menyimpan uang di bank-bank tertentu untuk deposito dengan bunga 5%/th minimal Rp. 5 juta, dibawah Rp. 5 juta tidak bisa deposito dan bunganya 1-2 %/th, saldo dibawah Rp. 1 juta bunganya 0 %. Tetapi dengan Rp. 1 juta anda bisa mengkonversikan pada Emas seberat 3,5 gram yang nilai kenaikan setahunnya (sejak tahun 2001) kisaran 20-37%
Sebagai ilustrasi, awal tahun 1997 harga motor bebek baru (Honda) sekitar Rp. 4.600.000 yang setara dengan 200 gram Emas (Harga Emas Rp 23.000/gram), tahun 2008 nilai 200gr Emas +/- Rp. 55.000.000, anda bisa membeli tiga motor bebek (Honda) seharga @ Rp. 15.000.000 atau mobil. Jika Rp 4.500.000 didepositokan berapa nilainya sekarang? dengan asumsi 10% per tahun maka 11 tahun kemudian hanya Rp. 9.660.000 saja (belum dikurangi pajak bunga 20%).
Ilustrasi kedua yaitu mengenai biaya haji, sejak tahun 1960 ongkos naik haji itu berkisar antara 250-300 gram Emas dan sampai saat ini pun tidak berubah jumlah 200-300 gram Emas cukup untuk naik haji.

3. Mudah Dicairkan (Liquiditas Tinggi)

Investasi properti, deposito, saham, obligasi, kendaraan, karya seni memerlukan waktu lebih dari satu hari untuk dicairkan karena pembeli dan peminatnya terbatas dan nilainya pun ada kemungkinan menyusut oleh inflasi, brokers fee, tax dan administrasi, tetapi dengan Emas dapat segera dicairkan di ribuan Toko Emas, Pegadaian, Lembaga Leuangan (sebagai jaminan) dengan mudah dan nilainya mengikuti harga pasaran internasional yang terus menguat.

4. Menguntungkan (Profitable)

Nilai Emas itu stabil dan cenderung menguat nilainya. Emas cocok untuk disimpan jangka menengah-jangka panjang. Tahun 2001 harga Logam Mulia .9999 rata-rata US$ 272 / troy ounce = 31,103 gram. Sekarang Januari 2010 dikisaran US$ 1000-1100 / troy ounce bahkan sempat menyentuh US$ 1200 / troy ounce seiring dengan kenaikan harga minyak dunia.

5. Mudah Dipindahkan (Portable)

Membawa/memindahkan aset/uang tunai Rp 300.000.000 atau US$ 29.900 memerlukan tempat yang besar dan sangat tidak praktis, beresiko tinggi, dapat dengan mudah dilihat/diketahui orang. Namun dengan 1.000 gr atau 1 kg Emas ukurannya tidak lebih dari sebungkus rokok yang pas disaku anda.

6. Tahan Lama (Durable)

Properti, Kendaraan, Surat-surat Berharga, Karya seni akan terbakar, terendam air atau terkena bencana alam, maka nilainya akan hilang sama sekali. Emas tahan terhadap segala kondisi cuaca, anti karat, asam, air bahkan api sekalipun meski melumer (di atas 1083 c) dia tetap Logam Mulia (Emas) dan tetap bernilai hanya bentuknya saja berubah namun kemurnian dan massanya tetap. Pada bencana gempa 2009 di Padang, banyak sekali masyarakat di sana yang bisa pulih dgn cepat, salah satunya karena masyarakat di Padang punya tradisi menabung Emas.

7. Kepemilikan dan Pengelolaan sendiri (Ownership & Stewardship )

Aset kita disimpan atau dititipkan kepada orang lain atau lembaga keuangan, ketika kita memerlukannya secara mendadak/emergency, kadang kita sulit memperolehnya. Proses pencairannya bisa sampai lebih dari 7 hari kerja.
Anda yang membeli Emas, Anda yang mempunyainya, Anda yang menyimpan dengan baik dan benar (safe deposit box/di bank, brankas di tempat rahasia/tersembunyi di dalam rumah) bukan disimpan kepada orang lain.
Ibarat Anda mempunyai mobil tetapi kuncinya dipegang oleh orang lain maka Anda tidak bisa mengontrol mobil Anda. Atau Anda pergi naik kapal pesiar, Anda pasti memperoleh/life jacket dan kartu tanda buktinya. Tanpa bisa diprediksi terjadi bencana, kapal pesiar itu tenggelam, Anda perlu life jacket yang akan menyelamatkan nyawa Anda bukan kartu tanda bukti kepemilikan life jacket.

8. Sangat pribadi (Privacy)

Asset dalam bentuk Properti, Kendaraan, Surat-surat Berharga, Rekening Bank, Rekening Koran, Obligasi, Deposito, Saham, Bond, Options, Electronic gold, Hak Paten Merek & Logo, Copyright, Golden Account, dan sebagainya dapat diketahui, dilacak dan diprediksi nilainya oleh pihak lain. Bahkan harus dilaporkan kekayaannya.
Mungkin Anda tidak nyaman apabila aset Anda dapat diketahui pihak lain. Sekarang Anda punya Emas berapa gram? berapa kilo? Hanya Anda saja yang mengetahuinya dan orang lain yang Anda beri tahu.

9. Resiko rendah (Low Risk)

Emas tidak ada biaya penyusutan nilai, hanya beban untuk biaya safe deposit box jika disimpan di bank. Nilai emas untuk jangka pendek berfluktuasi namun sejak 7 tahun terakhir nilainya terus menaik, lebih dari 260% atau 37.5%/tahun dan akan terus naik. Resiko terburuk dari Investasi Emas yaitu hilang (jika menyimpannya tidak benar) dicuri atau dirampok, namun ini pun kemungkinannya kecil sekali

10. Bebas Pajak dan Administrasi (Tax & Admin Free)

Properti, Kendaraan, Obligasi, Saham, Karya Seni, Bunga Bank dan lainnya dikenakan berbagai macam pajak dan biaya administrasi rutin. Semakin banyak aset Anda semakin tinggi pula pajak dan biaya-biaya. Belum lagi biaya perawatan, penyusutan nilai harta dan biaya tak terduga. Namun tidak pada Emas, If you choose fine gold, fee become free .

11. Keindahan dan Kebanggaan (Beauty & Pride)

Kemilau kuning warna emas telah mewarnai sejarah umat manusia, sebagai lambang kemakmuran, kejayaan, kekayaan, kehormatan, kemurnian dan keindahan yang bernilai seni tinggi pada berbagai bentuk perhiasan, artefak, koin, batangan/lantakan, peralatan dan perlengkapan yang dapat dijadikan collector items. Anda dapat menikmati sendiri aset atau koleksi emas murni 24k dengan rasa bangga dan puas. Aset ini dapat diwariskan pula.

Memilih Emas Untuk Investasi

Saat ini dipasaran ada tiga jenis Emas yang ber-edar. Ada yang dalam bentuk Perhiasan, Koin Emas dan Emas Batangan. Ketiganya mempunyai kesamaan karena bahannya memang sama. Kesamaan tersebut terletak pada keunggulan investas, yaitu, semuanya mempunyai nilai nyata (tangible), senilai benda fisiknya (intrinsic) dan nilai yang melekat pada benda itu (innate). Ketiga unggulan ini tidak dimiliki oleh investasi bentuk lain seperti uang kertas, saham dan surat berharga lainnya.

Emas Dalam Bentuk Perhiasan.

Jenis Emas seperti ini paling tidak disarankan untuk Investasi, tapi Emas dalam bentuk perhiasan adalah jenis Emas yang bisa memberikan utilitas bagi pemiliknya. Selain untuk Investasi, juga sebagai perhiasan yang dipakai sehari-hari. Berbeda dengan asset seperti kendaraan yang nilainya langsung turun ketika keluar dari showroom, harga Emas tidak mengalami penurunan secara continue.
Kenapa tidak disarankan untuk Investasi? karena ketika Anda membeli perhiasan, uang yang Anda bayarkan terdiri untuk harga emasnya, ongkos pembuatan, desain dan merk. Disini emosional Anda sebagai pembeli dimainkan, semakin terkenal merknya, semakin bagus desainnya semakin mahal perhiasannya. Namun ketika Anda jual kembali yang dihargai hanya Emasnya saja…
Kemudian Emas dalam bentuk perhiasan tidak mudah diperjual-belikan sesama pengguna, karena ada kendala model dan ukuran.

Emas Dalam Bentuk Koin

Koin adalah salah satu bentuk lain dari Emas. Selain memiliki nilai intristik, koin emas juga memiliki nilai ekstrinsik, yaitu nilai kelangkaannya. Ada koin Emas yang karena nilai sejarahnya berharga sampai dengan 50 milyar.
Ada berbagai jenis koin Emas yang beredar di masyarakat, Koin Dinar Emas, Koin Shio, Koin Polos, dsb dengan kadar yang berbeda-beda pula.
Ada beberapa keuntungan dalam ber-investasi koin Emas, diantaranya:
1. Memiliki sifat Unit Account, mudah dijumlahkan dan dibagi. Kalau Anda punya 100 koin dan hari ini perlu 5 koin, tinggal dilepas yang 5 koin. Sisanya disimpan.
2. Sangat liquid, mudah diperjualbelikan diantaranya karena memiliki sifat Unit Account
3. Nilai jual kembali tinggi, karena mengikuti perkembangan harga Emas International.
4. Mudah diperjualbelikan antas sesama pengguna karena tidak ada kendala model dan ukuran.
Namun koin Emas ini memiliki kelemahan. Di Indonesia koin Emas dianggap perhiasan, sehingga pembelian koin Emas dikenakan PPn 10%. Kemudian biaya pembuatan koin Emas ini masih cukup tinggi, berkisar antara 3% – 5%.

Emas Batangan

Wah, pertama kali denger Emas Batangan yang terbayang adalah film Indiana Jones. Emas berbatang-batang segede bata, rasanya nggak mungkin punya Emas seperti ini. Ternyata apa yang saya bayangkan salah, Emas Batangan terdiri dari bermacam ukuran mulai dari 1 gr, 2.5 gt, 5 gr, 10 gr, 25 gr, 50 gr, 100 gr, 1 kg. Emas dalam bentuk ini sangat cocok untuk dijadikan sarana Investasi. Dimanapun kapanpun kita ingin menjualnya, nilainya akan mengikuti standar International.
Untuk Investasi saya sangat menyarankan menggunakan Emas Batangan yang mempunyai kadar 24 Karat dan tingkat kemurnian 99.99%. Emas batangan seperti ini hanya diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tertentu, karena untuk memurnikan Emas sampai dengan 99.99% memerlukan investasi peralatan yang sangat mahal. Oleh karena itu hanya ada 55 perusahaan di dunia ini yang bisa memurnikan Emas sampai dengan 99.99%. Kabar baiknya adalah, di Indonesia PT Aneka Tambang (ANTAM) melalui unit bisnisnya Logam Mulia adalah salah satu dari 55 perusahaan tersebut. Jadi, belilah Emas yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan tersebut, biasanya Emas jenis ini akan disertai dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh pabrik yang memuat tentang kadar Emas, berat dan keabsahannya.
Emas batangan seperti ini memang sangat ideal untuk investasi, terdiri dari unit terkecil 1 gram s/d 1 kg. Saran saya, sesuaikanlah pola keungan Anda untuk menentukan berat Emas batangan yang akan Anda beli. Kenapa? karena kalau satuannya terlalu besar untuk Anda maka investasinya akan kurang fleksibel. Misalnya, Anda membeli Emas batangan 100 gram, suatu saat Anda memerlukan uang 5 jt, tentu saja kita tidak bisa menjual Emas batangan itu sebagian saja.

Daily Gold Fundamental Analysis 05 Juli 2011

By Commoditiesmansion.com – Gold started the week on Monday with some upside tendency as investors bought the metal on lows after three days of consecutive losses.
The volatility for gold remains evident and was powered on Monday with the weak dollar and the absence of U.S. markets on Independence Day.

We can see the metal struggling to retain its appeal and was supported by the default warnings from S&P on Monday, where the agency said it might count the French proposal for the private sector participation on the new bailout as “effective default”.
With Greece still the focus, and rate decisions ahead with the RBA taking the lead on Tuesday the metal might be supported to the upside, especially as the RBA will not tighten its monetary policy to support growth leaving gold more appealing as a hedge against inflation as central banks delay their moves amid high uncertainty and sluggish recovery.
Fluctuations will be seen with downside pressure from the general eased fear with the finance ministers in the euro zone approving the July tranche and assuring Greek default has been prevented for now. While on the other hand, the dollar will add to the volatility and the metal remains pressured by $1,500 areas and we expect it to attempt to rise again on Tuesday, yet the general downside pressure remains evident unless the metal confirms the stability on haven demand and fear of Greece default and inflation pressures and reverse the trend to the upside.

Harga Emas Stabil Di USD 1.496 Ounce


 
Emas. Foto: Reuters
Emas. Foto: Reuters
SINGAPURA - Harga emas terpantau stabil usai lembaga pemeringkat Standard & Poors memperingkatkan adanya ketidakpastian atas upaya penyelamatan Yunani yang akan me-rollover utang bank Prancis, dan hal ini berpotensi menimbulkan default.

Walau demikian, hal yang sebenarnya merupakan sentimen positif bagi pergerakan emas itu tidak berhasil mengerek naik harga komoditas safe haven ini.

Seperti dikutip dari Reuters, Selasa (5/7/2011), harga emas di pasar spot naik 0,09 persen menjadi USD1.496,84 per ounce. US gold GCcv1 naik satu persen menjadi USD1.497,60.

Di sisi lain, euro nyaris mencetak level tertingginya atas dolar AS pada bulan ini. Kondisi Yunani menimbulkan harapan Bank sentral Eropa akan menaikkan suku bunganya pada hari Kamis mendatang.

Indeks dolar naik sedikit pada Selasa ini, namun masih ada dikisaran terendanya dalam satu bulan terakhir. Harga minyak minyak mentah berjangkan AS naik tipis pada Selasa untuk tetap berada di atas USD95 per barel, menjelang data permintaan pabrik AS yang menjadi ukuran kekuatan ekonomi dunia dan konsumesi minyak

Bank Dunia Akhirnya Jujur Soal Emas


Di tengah perang mata uang muncul gagasan untuk menjadikan emas kembali sebagai jangkar mata uang.

Di tengah kepanikan dunia atas 'perang mata uang' dan kian rapuhnya sistem riba, perbankan dan uang kertas, Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick, akhirnya bicara secara jujur tentang emas. Dia pun bahkan mengusulkan kepada negara-negara G-20 agar kembali menggunakan emas sebagai jangkar nilai mata uang dunia.

'Dalam kepustakaan emas memang dikatakan sebagai mata uang kuno, tapi sampai saat ini pasar pasar masih menggunakan emas sebagai aset moneter alternatif,' ujar Zoellick. Dalam laporan di Financial Times, Zoellick mengusulkan ini agar dibahas dalam KTT G-20, di Seoul, Kamis dan Jumat, pekan ini. Dia berpendapat dunia memerlukan rezim baru untuk mewujudkan Bretton Wood II, menggantikan sistem mata uang mengambang saat ini. Dalam sistem baru ini, ia mengusulkan emas sebagai jangkar, dan melibatkan sejumlah mata uang kertas sekaligus, yaitu dolar AS, yuan, euro, yen, dan poundsterling. Dengan begitu, semua mata uang ini dapat bergerak bebas, sebagai cadangan devisa, bukan cuma satu mata uang.

Ia juga menyatakan G-20 bisa bekerjasama menggunakan semua fasilitas yang dimilikinya untuk membantu negara berkembang menghadapi aliran 'uang panas' yang di satu sisi memperkuat mata uang negara yang bersangkutan dengan cepat, tapi di sisi lain menciptakan penggelembungan aset devisa secara instan, yang menurunkan ekspor negara bersangkutan karena membuat produk negara tersebut mahal di pasar internasional.

Dalam perang mata uang ini beberapa negara saling tuduh. AS dituduh membiarkan nilai dolar AS rendah, melalui kebijakan the Fed, sambil menekan Cina, untuk menaikkan nilai tukar yuan. Dengan demikian produk Cina akan kurang kompetitif di dunia. Menkeu Jerman, Wolfgang Schaeuble, menyebut pihak AS sebagai 'egois dan tak mau mengerti kepentingan orang lain.'

Pertanyaannya adalah: akankah ide Zoellick menjadi kenyataan? Oligarki bankir internasional yang mengendalikan sistem keuangan di seluruh dunia tentu akan menghadapi persoalan serius bila ide orang bayaran semacam Zoellick, dengan Bretton Wood II-nya itu, diterima. Karena itu bisa diperkirakan gagasan itu hanya akan menguap, dalam ruang sidang para pemimpin negara, yang juga hanya boneka para bankir internasional, G-20, di Seoul ini.

Maka, saatnyalah Anda meenggunakan kebebasan yang Allah SWT berikan dalam memilih alat tukar. Pilih dan gunakan hanya Dinar emas dan Dirham perak dalam transaksi sehari-hari. Tanpa menunggu, apalagi tergantung, keputusan para 'pemimpin', yang dalam kenyataannya hanya bekerja demi kepentingan oligarki bankir internasional.

Sumber : wakalanusantara.com

Hubungan Komoditi Dan Forex

Bagi yang mengamati atau telah terjun di trading komoditi akan bisa menyimpulkan hubungan yang erat antara suatu komoditi dengan mata uang negara tertentu. Hal ini disebabkan kebutuhan terhadap komoditi suatu secara umum akan mendorong keburuhan akan mata uang penghasil komoditi tersebut.

Sebagai contoh Kanada sebagai produsen utama penghasil minyak mentah  di dunia, kenaikan kebutuhan dan harga minyak mentah akan mempunyai efek positif terhadap CAD (Dollar Kanada). Australia adalah nugara yang menghasilkan emas dan tembaga sehingga AUD akan mempunyai korelasi positif dengan harga emas dan tembaga.

Emas mempunyai karakteristik khusus di mana sering dianggap sebagai instrumen aman (safe haven) saat kondisi ekonomi yang tidak menentu (deflasi). Emas cenderung mempunyai korelasi terbaik dengan USD (Emas naik sementara USD sendiri turun). Emas mempunyai korelasi positif dengan negara penghasil komoditi seperti Australia (AUD) dan bahkan dengan Kanada (CAD).

China yang maju amat pesat beberapa tahun belakangan ini juga mempengaruhi pergerakan harga komoditi dan pada akhirnya juga mata uang. Untuk memenuhi kebutuhan pembangunan di dalam negrinya, maka China akan menngkonsumsi komoditi seperti tembaga, besi, gandum, jagung dan lain-lain. Mata uang negara penghasil komoditi yang dikonsumsi China akan terpengaruh karena China biasanya harus membeli mata uang negara yang bersangkutan sebelum membeli komoditii yang bersangkutan.

Dengan mengamati pergerakan komoditi seperti emas dan minyak mentah akan memberikan arah pergerakan mata uang tertentu. Disini bisa dilihat bahwa korelasi antara emas dan mata uang yaitu saling berkaitan antara saru sama lain,,,

Will Gold Equity Investors Strike Gold?

Gold prices passed the $1,500 per ounce mark for the first time ever in mid-April of this year and have set up shop around $1,525-$1,550 an ounce aside from a couple of short pullbacks in early May. So far in 2011, it’s been relatively status quo for those investors who’ve embraced gold as a way to protect themselves from currency debasement, excessive money printing and inflation as prices have increased 7.67 percent. BofA-Merrill Lynch (BofA-ML) analysts are forecasting gold prices could fall to $1,400 an ounce during seasonal weakness in July before rebounding as high as $1,650 an ounce by early fall.
While the party continues for gold bullion prices, stocks of gold companies have been a no-show. The NYSE Arca Gold Bugs Index (HUI) has fallen more than 13 percent year-to-date and the Philadelphia Gold & Silver Index (XAU) has toppled more than 16 percent. Companies such as High River Gold Mines, Jaguar Mining and NovaGold Resources are off more than 45 percent from 2007-2008 highs.
This underperformance has been exacerbated in recent weeks making it a hot topic of discussion among investors, analysts and portfolio managers. This chart shows gold equities of all market capitalization sizes were holding up quite well until late April. That’s when global sentiment toward equities, not just gold shares, began to waver and prices dropped off a cliff.
For the purposes of this chart, CIBC qualifies seniors as companies with market capitalizations above $10 billion, intermediates as those between $10 billion and $2 billion, and juniors as those below $2 billion. Non-producing companies are excluded.
Now, short-term aberrations in markets are common, and this isn’t the first time gold bullion and gold equity prices have diverged. Gold equities underperformed gold bullion in 2000 and 2008 during times of extreme market negativity and uncertainty. These previous instances have been merely temporary setbacks and markets generally reverted back to their long-term trends. According to J.P. Morgan research, gold equities have climbed an astounding 1,400 percent off of their 2000 lows while the S&P 500 Index has seen an 11 percent decline.
Here’s the same chart from above but it has been extended out to the beginning of 2009. You can see that with the exception of the seniors, gold equities have far outpaced gold bullion performance by more than 2-to-1.
Gold stocks have historically outperformed the gold price by roughly a 3-to-1 ratio. This means that a 5 percent rise in the price of gold generally translated into a 15 percent rise in the miners. Recently, this leverage has eroded to about a 1-to-1 ratio, or lower at times, according to BofA-ML.
Leverage, of course, can work in both directions, and the beta-to-bullion ratio for many gold stocks is stronger during downward price movements and weaker during the upward ones. This means that the gold stocks are being punished for any downside volatility in gold prices, without being rewarded for any increases.
This has been unilateral across different market cap sizes. This chart shows the average beta-to-bullion response for upward movements in the gold price has been declining since 2009. Senior gold stocks have seen the largest decline with their average beta dropping nearly 60 percent.
One likely reason for the loss in upward leverage has been the maturation of the gold investing market. In the past, investors looking to gain gold exposure without the headaches of taking physical possession of gold bullion turned to gold equities. Today, the proliferation of bullion-backed ETFs and the birth of small, gold bar buying programs in Asia have unlocked additional options.
I had lunch with CIBC’s Barry Cooper, gold-company wizard and one of the industry’s best analysts, last week. He sees this recent phenomenon as “a market-sentiment driven event that will pass as fundamental financial drivers kick in to support share prices and drive them higher.” However, the trend could continue as long as the cost of mining operations continues to inflate. Cooper modeled a case study that showed equities can produce an inferior return relative to bullion when the price of an ounce and the cost to produce it rise in tandem despite the opportunity for companies to use higher prices to expand production or increase reserves.
According to Cooper, “the average global cost per ton has been rising at a rate that is slower than the gold prices increase; however, it has also been accompanied by a declining grade profile for most operations.” The average grade of a gold deposit has declined 21 percent since 2005 but higher bullion prices have made it economically viable for gold companies to pursue higher cost projects and keep lower cost, high grade operations off line in case gold prices pull back.
Further, Cooper says this means that “the market seems to have penalized companies for the rising costs associated with lengthening the life of a mine operation…the market does not seem to be paying for the optionality offered by increasing reserves when they come with increased costs.”
The strongest periods of underperformance seem to correspond with times when cost inflation was high. Cooper concluded that “investors seeking gold exposure also want safety in terms of cost containment, and when part of the reason for buying stocks falters, the choice is abandoned for alternative investments.”
BofA-ML estimates that the average all-in cost for the industry was up 19 percent from the previous year to $1,081 an ounce during the first quarter of 2011. The increase is largely due to rising fuel prices, higher labor costs, increased regulatory expenses and declining ore grades. 
While it’s true that these rising costs are putting a strain on miners’ profitability, it’s important to keep it in context. While cash costs have increased 19 percent, profit margins—the true gauge of a company’s value—have expanded 25 percent on average, more than offsetting the cost increases.
In fact, financials for the majority of gold companies have been improving for years. According to Cooper, many gold companies “have been generating positive [cash flow] and growing earnings on a per-share basis.” Although it hasn’t showed up in share price performance, senior gold miners have seen the strongest gains with average per share earnings increasing roughly 67 percent since 2009.
Corporate cash flows for gold producing companies have also increased significantly. The average senior gold miner now has more than twice the amount of cash flow; mid-sized intermediate gold companies’ cash flow has more than tripled.
This year’s carnage has created a substantial opportunity to buy healthy, gold mining companies at historically low prices compared to gold bullion. Cooper says that “the net result is that gold companies can now be purchased for about their intrinsic value for the spot price of bullion.”
Historically, one could purchase about 4.4. units of the XAU for the price of an ounce of gold. That ratio fell to less than 3 units per ounce in the mid-1990s when gold prices bottomed but has averaged 5.2 units during the current bull market.
You can see from the chart that today’s level is 46 percent above the historical norm at 7.6 units to one ounce of gold. By this measure, one can purchase shares of gold mining companies at their second-cheapest level in nearly 30 years. The extreme was in 2008 during the depths of the financial crisis; many share values quadrupled off of those levels.
One way gold companies can lure investors is by sharing their profits through dividends. This would provide a cash incentive to hold shares of the company and allow investors to participate in rising earnings. We like the idea of investors getting “paid to wait” or reinvesting those dividends and purchasing additional shares at potentially lower prices.
Newmont Mining, a company whose share price is about 15 percent off of its highs, recently initiated a dividend program and has a current yield of 1.55 percent. Companies such as Buenaventura (1.82 percent), Yamana Gold (1.59 percent), Gold Fields (1.39 percent) and Barrick Gold (1.11 percent) also offer attractive yields.
This week’s events in Greece should remind everyone that global markets are still recovering from 2008’s trauma. The system is not nearly as strained as it was then but we are by no means out of the woods in terms of global economic stability. This should continue to provide a catalyst for strong gold prices.
With gold companies currently undervalued and offering strong cash flows and attractive yields, we think gold equities will be rewarded by the market and rise with strong gold prices. BMO Financial analyst Don Coxe echoes our sentiment: “gold and gold stocks offer a protection that is going to become more valuable in the period of months ahead. It’s possible that the long-awaited period, when gold stocks outperform bullion, is coming soon.”
Ralph Aldis, co-manager of the U.S. Global Investors World Precious Minerals Fund (UNWPX) and Gold & Precious Metals Fund (USERX) contributed to this commentary.
Want to receive commentary from Frank and analysis from the rest of the U.S. Global Investors team delivered to your inbox every Friday? Sign up to receive our weekly Investor Alert at www.usfunds.com.
U.S. Global Investors, Inc. is an investment management firm specializing in gold, natural resources, emerging markets and global infrastructure opportunities around the world. The company, headquartered in San Antonio, Texas, manages 13 no-load mutual funds in the U.S. Global Investors fund family, as well as funds for international clients.
Holdings in the World Precious Minerals Fund and Gold & Precious Metals Fund as of March 31, 2011:
High River Gold Mines: 0.00%
NovaGold Resources: 0.00%
Jaguar Mining: 0.00%
Newmont Mining: Gold & Precious Metals Fund 0.75%
Buenaventura: 0.00%
Barrick Gold: Gold & Precious Metals Fund 7.17%, World Precious Minerals Fund 2.82%
Yamana Gold: Gold & Precious Metals Fund 3.76%, World Precious Minerals Fund 2.93%
Gold Fields: Gold & Precious Metals Fund 0.64%
The NYSE Arca Gold BUGS (Basket of Unhedged Gold Stocks) Index (HUI) is a modified equal dollar weighted index of companies involved in gold mining. The HUI Index was designed to provide significant exposure to near term movements in gold prices by including companies that do not hedge their gold production beyond 1.5 years. The Philadelphia Stock Exchange Gold and Silver Index (XAU) is a capitalization-weighted index that includes the leading companies involved in the mining of gold and silver. Beta is a measure of the volatility, or systematic risk, of a security or a portfolio in comparison to the market as a whole.
By Frank Holmes,
CEO and Chief Investment Officer
U.S. Global Investors